Sabtu, 01 Oktober 2016

Perempuan ini bukan aku



     Jika ada satu hal yang kurindukan dari masa lalu adalah diriku sendiri. Di titik ini aku tiba-tiba merasa hilang, tanpa tahu bahwa yang selama ini ku kejar malah membuatku menjauhi diriku yang dulu. Aku kehilangan diriku. aku bukan lagi perempuan yang kukenali dulu. Aku tidak merasa nyaman dengan diriku yang hidup sekarang. Ini salah.
     Dulu, aku dengan sangat yakin mengejar sesuatu yang sepertinya sangat berarti. Sebegitu yakinnya, aku berani meninggalkan kebaisaan dan sikap lamaku. Karena waktu itu, hal yang ku kejar terlihat menggairahkan dan menyenangkan, seolah dengan memilikinya, aku akan bahagia.
     Entah apa “hal” itu. Aku tak lagi tau. Ia tiba-tiba berlari kencang, melesat tanpa sempat ku tangkap ia berbelok kemana. Saat itu lah, aku sadar aku di persimpangan, tak tahu dimana, tak punya siapa untuk bertanya. Hilang.
     Dulu, aku dengan yakin melangkah kaki menuju apa yang kusebut mimpi, yang tinggal setengah langkah lagi bisa kupeluk. Dulu aku dengan bangga menyebutkan namaku kepada siapapun yang bertanya, senyumku terpasang sempurna (setidaknya kupikir itu senyum terbaik) setiap kali aku berjalan seorang diri, diantara kerumunan orang pun aku selalu merasa diriku tak pernah terhimpit siapapun atau apapun. I used to love myself so much.
     Setelah sampai di persimpangan redup pun kosong, aku masih memiliki percaya diri bahwa aku bisa menemukan jalan yang benanr, kalaupun salah akan kujadikan seolah aku sengaja memilihnya. Sebegitu beraninya dulu aku mengambil langkah. Aku terus memilih jalan secara acak, semau hati, sesuka diri. Sampai disini, aku masih berpura-pura bahwa aku sehebat dulu.
     Tapi kini, detik-detik sebelum aku mampu memejamkan mata di setiap malam, adalah saat yang menakutkan. Aku bisa melihat sejauh apa aku telah tersesat tanpa tau arah sejak persimpangan pertama yang kuambil. Sebelum kesadaranku hilang, aku melihat betapa aku telah jauh berubah dari diriku yang dulu. Kenapa bisa seterlambat ini aku menyadari bahwa diriku menjadi asing?
      Setengah tahun terakhir adalah masa yang mengejutkan, aku perlahan menyadari bahwa perempuan yang tersenyum di pagi hari saat aku bangun tidur bukan diriku, perempuan yang bersama dengan teman-temanku bukan aku, perempuan yang ada dalam diriku, aku tak mengenalinya lagi.
     Perempuan ini penakut, penuh rasa rendah diri, pengecut. Perempuan ini meminkan lakon sebagai aku dengan luar biasa, ia menggunakan tubuhku seolah-olah dia adalah aku. Perempuan ini memalukan! Tak punya harga diri! Tak punya apapun selain pertanyaan-pertanyaan bodoh tentang hidup orang lain.
     Perempuan ini melihat orang lain tertawa, ia bertanya apakah ia mampu sebahagia itu. Perempuan ini saat melihat perempuan lain, ia bertanya apakah ia bisa secantik itu. Perempuan ini selalu menginginkan milik orang lain, bertanya-tanya apakah ia bisa merasakan apa yang orang lain rasakan. Perempuan ini tak punya sedikitpun cinta pada dirinya sendiri!

Dan dia bukan aku!!


Sabtu, 27 Agustus 2016

Kepada Tukang Komentar



                Untuk (kalian) kita semua yang sering mengomentari orang lain, penampilan orang lain, cara orang lain, i have one word : Piss Off!!! Hahaha ini juga berlaku untuk saya sendiri, yang tak bisa saya pungkiri bahwa saya masih sering keceplosan “ihh, itu niat pake rok ga sih? Kok ya belahannya sampe paha, mana bawa motor lagi” sambil mencibir. Yes, i did that sometime.
                Komentar-komentar kecil (ga nyakitin, ga begitu nyinggung) yang sering kita dengar dari orang-orang sekitar kita adalah, “eh, kamu lebih cantikan pake lipstik pink deh, yang ini bikin kamu tua. Atau, kamu lebih bagus rambut panjang deh, lebih feminin. Atau, kamu coba kalo ngomong manisan dikit, pasti lebih anggun” dan kamu lebih baik begini lebih baik begitu lainnya.
                Hal-hal yang mungkin kamu sampaikan bermaksud baik, bermaksud merubah orang yang kamu komentari menjadi lebih baik, kadang malah di terima dengan salah. Atau kamu yang suka asal komentar, ga ada maksud menyarankan nilai yang lebih baik tapi hanya sekedar mengeluarkan apa yang ada di kepala kamu tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Yang ganjil dimata kamu langsung kamu lontarkan begitu saja, tanpa melihat situasi orang yang kamu komentari.
                Beberapa hal yang menurut saya sering menyinggung, adalah sebagai berikut:

1.       Kebiasaan

        Do not give a shit about People’s personality. Really, that is not your freaking bussiness. (saya nulisnya pake emosi nih). Bagaimana orang lain bersikap bukan urusanmu, selama dia tidak menganggu, menghalangi apapun yang kamu lakukan, tidak ada alasan untuk mengomentarinya. Lain cerita kalo dia mengadu domba kamu sama dosen pembimbing kamu, nah di situ terserah kamu mau apain dia, that is your bussiness now, karena dia sudah memasuki daerah lawan.
Jangan mengomentari bagaimana orang bergaul. Suka-suka dia dong dia mau gaul sama anak orang kaya, sama junior, sama senior, sama dosen, it is up to them. Ga ada urusannya sama kamu. (well, bahkan saya sendiri cenderung mencemooh mereka yang sok gaul sama senior, biar dikata gaul. Huh)
       Mengomentari bagaimana mereka menjalani hidup. That is really anoyying ketika orang lain mengomentari bagaimana saya menjalani hidup saya sendiri. Saya tekankan sekali lagi yah, Hidup Saya Sendiri. (curhat) untuk saya pribadi, yang sering dikomentari adalah “ihh, anak perempuan apa yang ga bisa bangun pagi?” for God sake, i hate it!! Bagi mereka yang bahkan baru kenal saya, dan mengomentari pola tidur saya, kemungkinan saya sudah merencanakan 17 cara untuk membunuh anda dalam kepala saya.
Mewakili orang-orang yang ga bisa tidur cepet, i would like to say this :
                Kalian ga tau apa yang kami pernah lalui sehingga untuk tidur saja susah. You have no idea what is like to be like us. Aku pengen tidur di awal malam, tapi kondisi tubuh aku membutuhkan suasan yang tenang, suhu udara sejuk, hanya untuk membuat saya rileks. Kalian ga tau rasanya saat badan udah sakit semua karna kecapean, mata dututup karena kelelahan, tapi pikiran tetap terjaga . kalian tidak mengerti bahwa ‘ tidak bisa tidur’ bikin frustasi. Kalian taunya kami membuang-buang waktu dengan begadang!.  Beruntunglah mereka yang bisa tidur dengan baik dalam keadaan apapun, pertahankan itu, jangan hancurkan pola tidur kalian buat sok-sokan begadang.
                Kalian tidak tau mimpi buruk apa yang kami alami saat kami tertidur. You have no idea how bad my dream everytime i sleep. Sleeping is nightmare for some of people. Wajar saja beberapa orang baru bisa tertidur waktu matahari telah mengintip di jendela. Itulah kenapa kami bangun siang, kenapa kami selalu kurang tidur, mata panda, kulit kusam, mood berantakan. Dan kalian memperburuk semuanya with your stupid comment!

2.       Penampilan

Beberapa orang mungkin terbiasa bercanda tentang betapa berantakannya penampilan seseorang. Tapi pada satu titik, saya sendiri merasa sangat terganggu dengan  mereka yang selalu berkomentar tentang bagaimana saya terlihat. Mulai dari pakaian yang saya kenakan, cara saya bergaul, sampai bentuk saya secara fisik tak lepas dari pertanyaan orang lain, yang terkadang saat saya sedang sensitif, saya akan menganggap pertanyaan-pertanyaan tersebut sebagai cemoohan.
                Suatu waktu, saya sedang duduk sendiri di kantin ketika beberapa teman sejurusan menghampiri dan bergabung di meja saya. Entah dari mana awalnya, pembahasan mereka sampai pada bagaimana pakaian yang aku kenakan saat itu. “eh, kamu kenapa ga coba pake baju yang lebih cerah, atau coba kamu pakai baju yang agak perempuan, dari kaos oblong sama kemeja, setidaknya kamu lebih cantik”. In my honest opinion, i sincerely don’t appreciate it. The way i clothe is my preference.  Dalam pembelaanku, saya memilih memakai kemeja atau kaos adalah karena keterampilan memadu-padankan segala macam bentuk pakaian maupun warna sangat tidak bisa diandalkan. That is why i always end up wearing black. Bagaimanapun juga, komentar tentang pakaian masih lebih baik dari pada komentar tentang wajah saya. I know, that sounds really classic but bother me a lot.
                Belajar dari bagaimana rasanya ditanya “eh, kamu kenapa kulitnya begitu? Kok banyak jerawatnya? Kamu pake apa? Coba deh pake ini itu, si anu make itu dan jerawatnya mendingan loh”.  Percayalah teman-teman, komentar seperti itu sama sekali tidak membantu, tidak mensuport, yang ada hanya sangat menganggu. I personally know how it fells, and it is frustating. Beberapa orang mungkin menganggap pertanyaan seperti itu basa-basi, dan dengan santainya menyaran mencoba benda ini itu untuk memperbaikinya. Bukannya tidak menghargai saran-saran dari mereka, hanya saja kami (setidaknya saya sendiri) yang telah bosan melihat jerawat bertengger sudah menyerah dengan penampilan. Tapi, pertanyaan tentang penampilan itu untuk sebagian orang dapat menjatuhkan, menghilangkan rasa percaya diri, dan akhirnya kepikiran, ujung-ujungnya stress dan berakhir jerawat makin parah.
                Saya mengerti dan sangat paham, membangun percaya diri dengan keadaan muka yang tak semulus artis korea memang tidak mudah. Ditambah dengan lingkungan sosial yang rasanya membuat diri menjadi lebih buruk dari yang sebenarnya. Namun, siapa lagi yang akan menerima keadaan kita kalau bukan kita sendiri?. I’m not saying that you have to ignore how you look, but ignore the the negative comment that comes to your way. Mencoba memperbaiki diri itu baik, tapi jangan lakukan untuk orang lain, jangan merubah diri kita untuk memuaskan orang lain, atau untuk mencoba untuk mendapatkan pengakuan dari orang lain.
                Pada akhirnya, ini semua adalah tentang diri saya. Catatan untuk saya yang lebih baik.

Kamis, 19 Maret 2015

She Is 21



Happy Birhtday,  

:* (muach muachhh)

          I don’t know about you, i am feeling twenty one~~~

          Kyaaa.. 21 tahun udah gak muda lagi loh, cari jodoh sanah! (dikeplak). Hehhe.. sebelum membully, marilah jadi teman yang baik dan ucapkan dengan benar;

          Selamat ulang tahun *uhukkuhukk* kawan seperjuangan. :) Kamu udah resmi menyandang Dewasa “junior”. Tapi, dewasa bukan tentang umur kok, liat ami, dia macam uni kita-kita aja. :D (peluk-peluuuk)
          Ditahun ini, semoga segala sesuatunya membaik, jadilah kuat ngadepin buku-buku tebalmu itu, berhentilah nonton drama korea sebelum ujian, (kecuali dramanya emergency couple atau drama kedokteran lain, setidaknya ada nyangkut dikit), terus usahakanlah bilang “tidak” untuk sesuatu yang memang seharusnya “tidak”. You know waht i mean!

          Oh iya, aku belum pernah liat mud pake jas putih kebangaan para dokter, dengan stetoskop dililitin ke leher, kapan nihhhh *ngidam*.

          Jadi, udah berapa kali kita ngerayain ulang tahun sama-sama?? Entah, waktu kelas I SMA kita udah temenan belum yah? Jaman itu belum ada dokumentasinya, jadi lupa. Hihihiii. Eh tunggu, kita emang hampir gak pernah ngerayain ulang tahun masing-masing kan yah? Sejak udah kerasa jauh, barulah momen ulang tahun jadi ajang kumpul. Atau kalau harus ngumpul, berakhir di K*C :D
          Jadi, untuk ulang tahun mud yang ke-21 ini, seharusnya aku sama ami ngirim sms, jam 12 teng. Eh taunya aku gak ada pulsa -__-‘ 

          Engg, apa lagi yak?.. 

          Diumur 21 ini, jadilah calon dokter yang baik yaa , meski anum sering nanya gak penting, yang sabar yak, jawab aja, itung-itung ngulang pelajaran yang entah kapan. Ulang tahun yang selanjutnya, entah kita akan ada dimana, tapi kita usahakan selalu sama-sama yaa.. terus, ulang tahu berikut-berikutnya, saat kita udah mulai sibuk menapak karir kita masing-masing, kita akan sempetin jumpa yaa..
Kami sayang mud..
 *uhukkuhukkkkuhuk*
Selamat ulang tahu yahh.. :) (senyum licik)
hahahahaaa
 
P.S: aku udah dari jam 10 tadi berusaha  me-upload foto, tapi gak berhasil sebiji pun. jadi, photo-less deh :(

Kamis, 25 September 2014

25 September 2014 21:50 An Giang (Vietnam) Time
Tepat jam ini, setahun yang lau, aku sedang menunggumu.

Sekarang, aku masih menunggu, dan sepertinya akan terus menunggu.

Jumat, 22 Agustus 2014

Cerita Cinta Biasa




                                                                                            Source: Google


SD
Aku menatap seorang anak perempuan disampingku. Dia yang kusebut “sahabat”. Aku memperhatikan rambut hitam sebahunya. Dan aku berharap dia milikku. Tapi dia tidak menganggapku seperti itu. Aku tahu.
Setelah kelas usai, dia berjalan mendekatiku dan meminjam catatan yang tidak dikerjakannya kemarin, dan aku memberikan buku catatanku padanya. Dia mengucapkan “Terimakasih” dan mengecup pipiku. Aku menginginkannya. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi “sekedar teman”. Aku mencintainya, tapi aku terlalu malu untuk menyatakan. Aku tak tahu mengapa..

SMP
Teleponku berdering. Di ujung sana, terdengar dia sedang menangis. Mengadu tentang patah hati yang dialaminya. Dia memintaku untuk datang menemuinya karena ia tidak ingin sendiri. Aku datang, menemaninya.
Ketika aku duduk disampingnya, aku memperhatikan matanya yang sembab. Berharap dia milikku. Setelah dua jam, dia memutuskan untuk tidur. Dia menatapku, mengatakan “Terimakasih” dan mengecup pipiku. Aku menginginkannya. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi “sekedar teman”. Aku mencintainya api aku terlalu malu untuk menyatakannya. Aku tak tahu mengapa..

SMA
Sehari sebelum kelulusan, dia berjalan kearahku. “Aku tidak punya teman untuk hari perpisahan besok” katanya. Kami telah berjanji sejak SD, jika kami tidak memiliki pasangan pada hari kelulusan, maka kami akan pergi bersama sebagai “Teman”. Jadi, kami menghadiri acara perpisahan berdua, sebagai “teman”.

Hari Kelulusan SMA
Aku mengantarnya sampai depan pintu rumahnya. Aku menatap matanya. Dia tersenyum. Aku menginginkan dia menjadi milikku. Tapi dia tidak menganggapku seperti itu. Aku tahu. Kemudian dia mengatakan “hari ini sangat indah, terimakasih” dan dia mengecup pipiku. Aku ingin mengatakan padanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi “sekedar teman”. Aku mencintainya tapi aku terlalu malu untuk mengaku. Aku tak tahu mengapa..

Wisuda
Sehari telah berlalu, kemudian minggu, lalu bulan. Bahkan aku belum sempat mengerjapkan mata. Hari ini adalah hari kelulusannya, wisuda. Aku melihatnya. Tubuh sempurnanya melayang seperti malaikat menuju panggung untuk mengambil ijazahnya. Aku menginginkannya menjadi milikku. Tapi dia tidak menganggapku seperti itu. Dan aku tahu. Sebelum semua orang pulang, dia berjalan kearahku dan menangis dalam pelukanku. Kemudian dia mengangkat kepalanya dari bahuku, “kamu adalah sahabat terbaikku, termakasih” katanya. dan dia mengecup pipiku. Aku ingin mengatakan padanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi “sekedar teman”. Aku mencintainya api aku terlalu malu untuk menyatakannya. Aku tak tahu mengapa..

Beberapa Tahun Kemudian
Sekarang aku sedang duduk di dalam sebuah rumah, rumah tempat dia akan melangsungkan pernikahan. Aku melihatnya akan menempuh hidup baru, menikah pada laki-laki lain. Aku menginginkannya menjadi milikku. Tapi dia tidak menganggapku seperti itu. Dan aku tahu. Sebelum dia pergi, dia mendatangiku dan mengatakan “Kamu datang, terimakasih” dan dia mengecup pipiku. Aku ingin mengatakan padanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku tidak ingin menjadi “sekedar teman”. Aku mencintainya api aku terlalu malu untuk mengungkapkannya. Aku tak tahu mengapa..

Bertahun-tahun Kemudian
Aku menatap sebuah peti mati seorang gadis yang dulunya adalah “sahabatku”. Kemudian, seseorang memberikan sebuah buku catatan miliknya saat ia SMA. Berikut isi buku tersebut:

“Aku memandangnya, berharap dia adalah milikku. Namun ia tak pernah menganggapku sebagai seorang wanita. Aku tahu itu. Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin dia mengetahui bahwa aku tidak ingin menjadi “hanya teman”. Aku mencintainya namun aku terlalu malu. Dan aku tak tahu mengapa. Ku harap dia mengatakan bahwa ia mencintaiku, kuharap aku mengatakan bahwa aku mencintainya. Kuharap dia tahu..”